JALUR MASUK ISLAM, PERKEMBANGAN ISLAM, DAN
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM BESERTA PENINGGALANNYA DI INDONESIA
1. Jalur masuk dan berkembangnya
Islam di Indonesia
2. Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia dan peninggalannya
Jawab:
1.
Jalur masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
a. Jalur masuknya Islam di
Indonesia
Fase
perdagangan
Islam masuk ke Indonesia melalui proses
perdagangan di perkirakan abad ke-7 M sampai dengan abad ke-11 M, begitu pula
perkembangan Islam. Melalui para pedagang dari luar Indonesia maupun pedagang
Indonesia sendiri, Islam disebarkan di pelabuhan-pelabuhan sepanjang jalur
perdagangan, misalnya di sekitar selat Malaka, Samudra, Palembang, menyusul
Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, Makasar, serta Indonesia Timur.
Agama Islam tersebar pertama kali di
pulau Sumatera kira-kira abad ke-7 M (abad I H). Yang mana disebabkan letak geografinya dan dalam alur
pelayaran serta adanya pelabuhan alam yang menjadi persinggahan para pedagang,
baik untuk memasarkan atau untuk mencari barang dagangan.
Penyebaran agama Islam di Sumatera
secara intensif diperkirakan bersamaan waktunya dengan kemunduran Sriwijaya dan
berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Perlak dan Samudera Pasai. Proses
penyebaran agama Islam di daerah Minangkabau pada akhir abad ke-14 dan 15 M
sudah memperoleh pengikut yang amat banyak, sekalipun masih ada hambatan dari
penguasa yang masih beragama Hindu. Agama Islam terus menyebar ke daerah-daerah
lain sampai ke daerah-daerah yang dihuni oleh suku Batak, Daerah ini
di-Indonesiakan oleh orang Aceh. Sedang orang-orang Batak di daerah pesisir
banyak yang masuk Islam karena pengaruh orang-orang suku Melayu.
Untuk mengetahui lebih jauh,
penduduk daerah pesisir yang secara ekonomi bergantung pada perdagangan
Internasional, cenderung menerima Islam dalam rangka mempertahankan para
pedagang muslim yang sudah berada di Nusantara sejak kurang lebih abad ke-7 M
untuk tetap mengunjungi dan berdagang di pelabuhan-pelabuhan mereka. Dengan
masuk islam, penguasa local pada batas tertentu mengadopsi aturan-aturan
perdagangan Islam untuk digunakan dalam masyarakat pelabuhan sehingga pada
gilirannya akan menciptakan suasana yang mendukung bagi perdagangan. Contoh
kasus ini adalah Konversi penguasa Malaka, Prameswara, yang agaknya menerima
Islam demi menarik kedatangan para pedagang muslim ke pelabuhannya yang baru di
bangun.
Fase perkawinan
Penyebaran agama Islam juga ditempuh
melalui perkawinan. Cara ini ditempuh oleh para penyebar sekitar abad ke-11 M
sampai dengan abad ke-13 M. Para pedagang Gujarat, Benggala, Arab, dan
sebagainya kawin di Indonesia. Karena mereka orang-orang kaya dan terhormat
maka mereka memperistri orang-orang terhormat, raja-raja, pejabat-pejabat, dan
sebagainya.
Cara ini ternyata cukup strategis,
sebab wanita yang dikawin oleh para penyebar Islam itu di Islamkan terlebih
dahulu, dan ini merupakan modal pada usaha penyebaran Islam. Sekalipun pendekatan
lewat perkawinan ini tidak selalu berhasil, seperti Maulana Ishaq tidak
berhasil mengislamkan raja dan rakyat blambangan, tetapi pada umumnya usaha ini
banyak dipakai oleh para penyebar Islam maupun oleh para pedagang muslim, dan
hasilnya diakui banyak keluarga-keluarga pihak istri yang masuk Islam dan
menjadi tulang punggung usaha penyebaran Islam selanjutnya. Dalam cerita babad
dikenal perkawinan antaara Sunan Ampel dengan Nyi Gede Manila putri Tumenggung
Wilatikta. Sayyid Abdurrahman seorang muslim Arab kawin dengan Putri Raden
Ariya Teja putri Aria Dikara (Bupati)Tuban, Sunan Gunung Jati kawin dengan
Putri Kawunganten serta Sunan Giri kawin dengan putri Ki Ageng Bungkul penguasa
(bangsawan) Majapahit di Surabaya. Banyak pedagang-pedagang muslim yang kawin
dengan anak-anak bangsawan atau wanita-wanita rakyat biasa. Usaha ini sering
juga didukung dengan keahlian menyembuhkan penyakit , seperti peristiwa Maulana
Ishaq sendiri dan Syekh Nuruddin Ibrahim dari Cirebon.
Fase Akulturasi Budaya
Kurang lebih abad ke-12 M sampai
dengan abad ke-14 M, cara akulturasi budaya ditempuh untuk memberi kesan adanya
persesuaian dan agar masyarakat tidak merasa adanya keterpaksaan dalam memeluk
agama Islam. Seperti cara para Sunan wali songo dalam menyebarkan agama Islam
melalui seni wayang, lagu-lagu, permainan dan lain sebagainya.
Menjelang masuknya Islam di
Indonesia telah ada kebudayaan baru hasil akulturasi antara budaya Indonesia
dan budaya Hindu, yaitu melalui Akulturasi kebudayaan. Setelah islam masuk
dengan nilai-nilai budaya maka terjadi lagi akulturasi kebudayaan Indonesia
dengan kebudayaan Islam. Akhirnya, lahirlah corak kebudayaan baru dalam
kebudayaan Indonesia.
Segi bangunan, terutama sekali dalam
bentuk bangunan masjid dengan corak baru beratap tumpang yaitu atap yang
bersusun semakin ke atas semakin kecil. Jumlah susunannyua ganjil, tiga ada
juga yang lima. Di Bali atap tumpang masih di pakai untuk kuil corak baru pada
bangunan masjid pada jaman Madya adalah tudak adanya menara (kecuali masjid
Kudus dan masjid Banten).
Segi makam, dalam perkembangannya
bentuk makam islam masih terpengaruh pola lama sebelum Islam, yaitu terletak
pada tempat yang dianggap suci, agak tinggi atau kalau di tempat yang latar
diberi undak-undak seperti punden berundak di jaman pra sejarah. Makam biasanya
diberi cungkup (rumah), bagaikan menggantikan funsi candi dimasa sebelum Islam
dalam makam yang baru biasanya diberi atau dilengkapi masjid.
Fase Kerajaan
Pada abad ke-13 M, di pesisir aceh
sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang
muslim daari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini.
Karena itu, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi.
Dengan demikian, kerajaan Islam pertama berdiri di Kepulauan Nusantara di Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada Abad ke-13 M. Setelah kerajaan Islam ini
berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan
pada awal abad ke-15 M, di daerah ini lahir Kerajaan Islam yang kedua di Asia
Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi
pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing.
Dapat diketahui bahwa daerah-daerah
di bagian pesisir Sumatera Utara dan Timur selat Malaka, yaitu dari Aceh sampai
Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan Kerajaan-kerajaan Islam.
Sementara di Jawa, proses Islamisasi sudah berlangsung, sejak Abad ke-11 M,
meskipun belum meluas, terbukti dengan diketemukannya makam Fatimah binti
Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 Hijriyah.
Berita tentang Islam di Jawa pada
Abad ke-11 M memang masih langka. Akan tetapi, sejak akhir Abad ke-13 M dan
abad-abad berikutnya, terutama ketika majapahit mencapai puncaknya, bukti-bukti
adanya proses Islamisasi sudah banyak, dapat ditemukannya beberapa puluh nisan
kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan di pusat Majapahit maupun di
pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan
sudah pula terbentuk masyarakat muslim.
Fase para dewan wali sembilan (songo)
Banyak cerita tradisional mengenai
para wali, yaitu orang yang saleh yang diduga telah menyebarkan agama Islam di
Jawa. Dikisahkan kehidupan, mukjizat, dan keyakinan mereka dibidang mistik
Islam dan Teologi. Wali-wali di Jawa kabarnya berpusat di masjid Demak, masjid
yang mereka dirikan bersama. Disitulah mereka agaknya mengadakan pertemuan
untuk bertukar pikiran tentang pengembangan ajaran agama Islam di Jawa. disamping oleh para pedagang
penyebaran agama Islam juga dilakukan oleh para wali atau utusan dengan
melakukan dakwah-dakwah (sekitar awal Abad ke-15 M). Selain para wali memiliki
pengetahaun tentang agama Islam, Ia juga dianggap memiliki pengetahuan tentang
ilmu mujizat (ajaib atau yang dapat menimbulkan keheranan).
Wali yang sembilan adalah dipercayai
oleh orang Jawa sebagai peletak dasar batu pertama ditanah Jawa. Meskipun
pribadi para wali itu sudah di selimuti oleh berbagai dongeng, namun
cerita-cerita dongeng tersebut banyak memberikan pertolongan kepada kita didalam
membuktikan bahwasannya meskipun telah menerima Islam, orang Jawa belum sampai
hati membuang sama sekali sisa-sisa dari pada kepercayaan yang lama.
Adapun para wali tersebut adalah :
1) Maulana Malik Ibrahim, disebut
juga Maulana Magribi atau jumadil kubro yang kabarnya berasal dari Persia dan
kemudian berkedudukan di Gresik.
2) Sunan Ampel, yang semula bernama
Raden Rahmat berkedudukan di Ampel dekat Surabaya.
3) Sunan Bonang, yang semula bernama
Makdum Ibrahim, putra Raden Rahmat dan berkedudukan di Bonang, dekat Tuban
4) Sunan Drajat, yang semula bernama
Munat yang merupakan anak dari Raden Rahmat berkedudukan di Drajat dekat
Sedayu, Surabaya.
5) Sunan Giri, yang semula bernama
Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit Giri dekat Gresik.
6) Sunan Muria, yang berkedudukan di
Gunung Muria di daerah Kudus.
7) Sunan Kudus yang semula bernama
Udung berkedudukan di Kudus.
8) Sunan Kalijaga, yang semula
bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak
9) Sunan Gunung Jati, yang semula
bernama Fatahilah atau Faletehan yang berasal dari Samudera Pasai dapat merebut
Sunda Kelapa, Banten dan kemudian menetap di Gunung Jati dekat Cirebon.
b.
Perkembangan Islam di Indonesia
Daerah
Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian
Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India.
Pada
abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di
tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah
Samudra Pasai berturut-turut sebagai berikut :
- Sultan Al Malikus Shaleh
- Sultan Al Malikuz Zahir I
- Sultan Al Malikuz Zahir II
- Sultan Zainal Abidin
- Sultan Iskandar
Persia
dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang
sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim.
Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina.
Para
pedagang dari India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil,
ketika raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai.
Seiring dengan kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama
Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya
menyebar ke seluruh nusantara.
Ø Perkembangan
Islam di Jawa
Masuknya
Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya
kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah.
Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Adapun
gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu:
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara
dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)
dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab
dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal
kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak
mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit.
Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
c. Sunan
Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai
ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak.
Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba
ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah.
Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan
Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni
berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini
adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka
dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel,
adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari
Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali
dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat
sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga
kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon.
Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol
politik para wali.
h. Sunan
Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada
pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa
menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara
Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra
Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan,
wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria,
disebelah utara kota Kudus.
Ø Perkembangan
Islam di Sulawesi
Masuknya
Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu
karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari
luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan
murid-muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada
abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo.
Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan
kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan
Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk
berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik. Akan
tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.
Ø Perkembangan
Islam di Kalimantan
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah ada
kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang
lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di Kalimantan
Selatan.
Pada
abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590
kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya
adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan
seorang muballigh bernama Syekh Syamsudin.
Di
kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara
lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan
Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika
Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera mnyebarkan agama
Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti
nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat
mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di
Kalimantan.
Diatas
telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak
di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar
juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk
berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur
mulai abad XVI.
Ø Perkembangan
Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran
Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada
saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa
berjalan dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada
abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi
tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada
tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII
Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon.
Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi
makin lemah dan tidak mampu membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda
mulai menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun
1605.
Berangsur-angsur
Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat
ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan
sampai akhir abad XIX.
Dalam
rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam, maka
kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan
perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-pahlawan
muslim, antara lain:
a.
Sultan Iskandar Mahkota Alam dari
Aceh
b. Sultan Agung dari Mataram
c.
Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
d. Sultan Hasanudin dari Makasar
e. Sultan Babullah dari Ternate
f.
Imam Bonjol dari Sumatra Barat
g.
Teuku Umar dari Aceh
h. Pangeran Diponegoro
Perkembangan
Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja, tetapi perang para muballigh juga
menetukan. Pada abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul
Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf
Tajul Khalwari dari Makasar.Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah
terutama dari Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam
Perang salib. Selain Islam masuk dan berkembang.di Maluku, Islam juga masuk ke
Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para
mubalignya.
2.
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan peninggalannya
a. Kerajaan Samudra Pasai
Agama
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Kerajaan Islam yang pertama muncul
di Indosenia ialah Kerajaan Samudra pasai. Kerajaan ini terletak di Pantai
Timur Sumatra, sekitar Sungai Jambu Air dan Sungai Pasai, daerah Lhokseumawe.
Pada
awalnya, Kerajaan Samudra Pasai terdiri atas 2 Daerah, yaitu Samudra dan Pasai.
Kedua daerah itu telah lama menjadi persinggahan dan bermukim para saudagar
dari Arab,
Persia, dan India. Sesudah kekuasaan Islam muncul, kedua daerah ini disatukan
menjadi Kerajaan Samudra Pasai.
b. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada abad
ke-16. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka. Pusat Kerajaan Aceh terdapat
dikutara (banda Aceh sekarang). Pada tahun 1511 M, bangsa portugis menguasai
Malaka. Dari Malaka, Portugis kemudian menguasai Samudra Pasai. Sejak itu, para
pedagang Islam mencari pelabuhan lain untuk menghindari Portugis. Pelabuhan
baru itu adalah Aceh. Dari sinilah muncul Kerajaan baru, yaitu Kerajaan Aceh.
c. Kerajaan Demak
Pada abad ke-16 muncul kerajaan
Islam pertama di pulau Jawa, yaitu Kerajaan Demak. Semula Demak merupakan salah
satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Keika Majapahit runtuh
akibat perang saudara pada tahun 1478, pusat kerajaan Hindu berpindah ke kuling
dan akhirnya ke Daha (Kediri). Runtuhnya Majapahit menyebabkan bangkitnya Demak
menjadi kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
d. Kerajaan Banten
Pada awal abad ke-16, daerah jawa Barat dikuasai oleh Kerajaan Pajajaran
yang beragama Hindu. Dalam waktu yang singkat, seluruh pantai utara Jawa Barat
dapat dikuasai oleh Fatahillah. Agama Islam lambat laun tersebar di Jawa Barat.
Fatahillah kemudian menjadi wali dan mendapat gelar Sunan Gunung Jati dan
berkedudukan di Cirebon.
Pada tahun 1522, putera Fatahillah
yang bernama Hasanuddin diangkat menjadi penguasa di Banten. Fatahillah sendiri
mendirikan pusat kegiatan keagamaan di Gunung Jati, Cirebon, sampai beliau
wafat pada tahun 1570. Jadi pada awalnya, kerajaan Banten merupakan daerah
kekuasaan Kerajaan Demak.
e. Kerajaan ternate dan Tidore
Sejak abad ke-13, maluku sudah ramai
dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jaawa dan Melayu.seiring dengan
ramainya perdagangan, berdatanglah pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk
mengajarkan Agama Islam.Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan
pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Selain Kerajaan Ternate, juga
terdapat Kerajaan Tidore. Raja tidore yang terkenal ialah Pangeran Nuku.
Peninggalan-peninggalan bercorak
Islam
1.
Masjid
Masjid
merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat
peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap
masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas
atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau
lima. Atap yang paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang
utama yang menyangga atap tumpang.Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di
sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid biasanya terdapat menara.
Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi
menara adalah sebagai tempat muazin mengumandangkan azan ketika tiba waktu
salat. Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.
Contoh masjid peninggalan sejarah
Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus. Masjid Agung Demak dibangun
atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan
Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid Kudus didirikan
oleh Sunan Kudus. Salah satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu
tiangnya terbuat dari susunan tatal. Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan
Kalijaga. Tiang dari tatal ini kemudian diganti ketika Masjid Agung Demak
dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di bangsal
belakang masjid.
Masjid
Raya Baiturrahman
Masjid
Raya Medan
Masjid
Raya Banten
Masjid Demak
Masjid
Agung Yogyakarta
2.
Istana
Istana
adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi
sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan
Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung.
Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha
masih tampak.
Istana
Maemun
Istana Siak Sri Inderaputra
Keraton
Yogyakarta
3. Peninggalan
berupa budaya
Masuknya Islam ke – Indonesia membawa pengaruh pada
kebiasaan dan prilaku masyarakat. Kebiasaan atau prilaku masyarakat disebut
budaya. Beberapa budaya yang bercorak Islam di Indonesia.
a. Upacara Grebeg Besar di Demak.
Upacara ini dilaksanakan bertepatan Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban.
b. Pesta Tabuik di Pariaman, Sumatra
Barat. Untuk mengenak cucu nabi besar Muhammad SAW dalam membela Islam.
c. Budaya Dhug Dher di semarang, untuk pertanda dimulainya
bulan Ramadhan atau bulan puasa.
d. Upacara Sekaten di Yogyakarta. Untuk
memperingati hari lahirnya nabi Muhammad SAW.
e. Seni tradisional Betawi yang
bercorak Islam Adalam Gambang Kromong, Orks Gambut, dan Lenong.
4. Kaligrafi
Kaligrafi
adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari
ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid,
batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang
ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di
Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan
Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.
Tulisan-tulisan
kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia
No.
|
Kaligrafi
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Makam Fatima binti Maimun
|
Gresik, Jatim
|
Abad 13 M
|
-
|
2
|
Makam Ratu Nahrasiyah
|
Samudra Pasai
|
Abad 14 M
|
S. Pasai
|
3
|
Makam Maulana Malik Ibrahim
|
Gresik, Jatim
|
Abad 15 M
|
-
|
4
|
Makam S. Giri
|
Gresik, Jatim
|
Abad 15 M
|
-
|
5
|
Makam S. Gunung Jati
|
Cirebon, Jabar
|
Abad 15 M
|
Cirebon
|
6
|
Makam S. Kudus dan S. Muria
|
Kudus, Jateng
|
Abad 15 M
|
-
|
7
|
Makan Sunan Kalijaga
|
Demak, Jateng
|
Abad 15 M
|
Demak
|
8
|
Makan raja-raja Banten
|
Banten
|
Abad 15 M
|
Banten
|
9
|
Makam raja-raja Mataram
|
Imogiri
|
Abad 16 M
|
Mataram
|
10
|
Makam raja-raja Mangkunegaran
|
Astana Giri
|
Abad 16 M
|
Mataram
|
11
|
Makam raja-raja Gowa
|
Katangga
|
Abad 16 M
|
Gowa
|
5. Kitab
Kesusastraan
Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak
Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa
daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang
diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah
masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam. Beberapa suluk terkenal adalah
syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul
Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas
berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada
juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh
sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk. Hikayat adalah
cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa,
hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan
kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan
Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan
Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan
penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi
Ar-Raniri.
6. Pesantren
Sejak
masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan
Islam. Pesantren pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para
kiai. Pesantren pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa
pemerintahan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang
pesat dan melahirkan kelompok-kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa
Arab, kitab Kuning, fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi
tasawuf. Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren
Tebuireng di Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri,
Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta,
Al-Kautsar Medan.
7. Tradisi
Beberapa
tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam,
sedekah, sekaten.
- Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi.
- Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.
- Sekaten, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.
No comments:
Post a Comment